Rabu, 20 Maret 2013

Materi Pengantar Pendidikan

DEFENISI PENDIDIKAN

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)

Definisi pendidikan - Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.  (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263)

Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.

HUKUM DASAR PENDIDIKAN

       a. Teori Empirisme “Tabularasa” (John Locke dan Francis Bacon)
Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of all characters). Jadi, sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Di sini kekuatan ada pada pendidik. Pendidikan dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak.
Pendapat John Locke seperti di atas dapat disebut juga empirisme, yaitu suatu aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui alat indera.Kaum behavioris juga berpendapat senada dengan teori tabularasa itu. Behaviorisme tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan, atau sifat-sifat yang turun-temurun. Semua Pendidikan, menurut behaviorisme, adalah pembentukan kebiasaan, yaitu menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan seorang anak.

       b. Teori Navitisme (Schopenhauer)
Lawan dari empirisme ialah nativisme. Nativus (latin) berarti karena kelahiran. Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Pembawaan anak-anak itu ada baik dan ada yang buruk. Pendidikan tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa.
Aliran Pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran pesimisme. Sedangkan yang menganut empirisme dan teori tabularasa disebut aliran optimisme.Kedua teori tersebut ternyata berat sebelah. Kedua teori tersebut ada benarnya dan ada pula yang tidak benarnya. Maka dari itu, untuk mengambil kebenaran dari keduanya, William Stern, ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, telah memadukan kedua teori itu menjadi satu teori yang disebut teori konvergensi.

       c. Teori Konvergensi (William Stern)
Menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus dikembangkan melalui pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik adalah menghantarkan perkembangan semaksimal mungkin potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsanya.
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Filsuf yang pertama kali memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme adalah John Amos Comenius (1592-1670).
Sebagai pendeta Protestan sekaligus paedagog, ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak hanya sekedar untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana.5)

        d.  Naturalisme
Dipelopori oleh JJ. Rousseau (Perancis;  1712-1778) . Setiap anak terlahir dengan pembawaan yang baik. Pembawaan yang baik ini akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa terhadap anak justru akan merusak pembawaan baik anak. Pertumbuhan atau perkembangan anak wajib diserahkan kepada alam (pendidikan tidak diperlukan). Aliran ini disebut juga “Negativisme

TUJUAN PENDIDIKAN
Bloom cs mebedakan tiga kategori tujuan pendidikan, yaitu2;
a.     Kognitif (head)
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental.
b.     Afektif (heart)
Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral.
c.    Psikomotor (hand)
Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris.

Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian, yairu;
1.      Knowledge (Pengetahuan) Meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat.
2.  Comprehension (Pemahaman) Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori.
3.   Application (Penerapan) Merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.
4.      Analysis (Analisis) Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan alam dan jagad raya.
5.      Synthesis (Sintesis) Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.
6.      Evaluation (Penilaian) Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu.


1.      Receiving Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu.
2.      Responding (Merespon) Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam merespon.
3.      Valuing (Menghargai) Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan mengikat diri pada norma tersebut.
4.      Organization (Organisasi) Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu sistem nilai-nilai.
5.      Characterization by Value or Value Complex. Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi.

HUBUNGAN TUJUAN PENDIDIKAN DAN HUKUM PENDIDIKAN
Pendidikan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia atau juga dalam kesejahteraanya. Manusia yang mempunyai beberapa unsure, unsure manusia yang berupa akal yang di dapat dari salah satu organ tubuh yakni otak dimana otak berfungsi untuk menyimpan memori dan juga naluri atau nafsu yang mendorong manusia untuk berbuat, mengetahui dan mempelajari setiap sesuatu yang ada didepannya akan mendorong manusia untuk selalu tahu, kedua unsure organ manusia itu juga harus di fungsikan dengan baik.
Dari keempat hukum dasar pendidikan yang dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai semestinya dengan menerapakan dampak baik dari hukum hukum tersebut. Dimana dengan pendidikan seseorang dapat mengerti tentang tujuan hidup yang diinginkan dirinya sendirisehingga memiliki pandangan yang luas kedepan dalam mencapai suatu cita-cita dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat didalam  berbagai lingkungan yang dapat memotivasi diri siswa dengan baik.dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi kecerdasan anak-anak bangsa, yang dilandasi pendidikan karakternya, diharapkan anak-anak bangsa di masa depan akan memiliki daya saing yang tinggi untuk hidup damai dan sejahtera, sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang semakin maju dan beradab. Dengan kata lain, pendidikan karakter adalah bagaimana manusia dapat berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang berjalan di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar